RSS

Arsip Bulanan: November 2012

“Broken Vow” Chapter 3

Title                : “Broken Vow” 맹세하다 [MyungJong] Chapter 3end 

Cast                : Kim Myung Soo and Lee Sung Jong

Genre             : Angst, fluff

Rate                : PG

Words             : 1794

Author            : Summer

Warning         : Boy x Boy, OOC, Typos, I’m not good author, Please R-C-L

                         Saya ga mau tahu pokoknya kalian harus like dan komen setelah baca

Link Chapter 2 : https://www.facebook.com/notes/ff-nya-infinite-couple-myungjong/broken-vow-chapter-2/446335768750819

Link Chapter 1 : https://www.facebook.com/notes/ff-nya-infinite-couple-myungjong/broken-vow-chapter-1/441479275903135

 

                                                                        ***

“Aku.. aku peramal… Aku, aku membawa kabar dari anaemu..”

***

Hanya tatapan datar yang dapat diberikan oleh Kim Myungsoo. Rasa pedih rasanya masih melekat begitu kuat didasar hatinya. Sungjong terus menggigiti bibirnya, mencoba mencari cara yang mampu mengalihkan perhatian Myungsoo. Ia mengedarkan pandangannya kesekitar mencari setidaknya benda yang mengingatkan kenangan dirinya dan Myungsoo.

“Ajumma, bilang padanya apakah ia masih ingat dengan lemon candy yang dijanjikannya?” bisik Sungjong tepat ditelinga yeoja paruh baya itu.

Ajumma itu pun mengangguk lalu tersenyum, namun Myungsoo malah bergidik tak mengerti dan beranjak untuk menutup pintu pagar kayu itu. “Chakkaman, Kim Myungsoo apakah kau masih ingat dengan janjimu akan lemon candy yang akan kau berikan padanya?” ucap yeoja itu menghentikan langkah Myungsoo.

Seperti ada gertakan dalam benaknya, ia pun menoleh dan menatap yeoja itu dengan bidikan matanya yang tajam. Ia mencermati yeoja itu dari ujung kaki hingga ujung kepala, kemudian melihat sekelilingnya yang nampak tak ada seorang pun berada disana. Sedikit merasa ada hawa lain diantara mereka, ia pun bergidik dan sontak bulu-bulu roma pada tubuhnya bangkit.

“Dari mana kau ketahui hal itu?” ucap Myungsoo heran.

“Dia yang bilang kepadaku, dia.. namja yang sangat cantik itu Lee Sungjong. Kini namja itu ada disini, tepat menghadapmu, dialah yang membisikan kalimat itu padaku,” jelas peramal itu dengan mendetail.

Myungsoo mengerutkan kening tak mengerti, bagaimana bisa ia menerima hal yang tidak masuk akal itu. Ia mengedarkan pandangan tepat kedepan, lurus dengan tubuhnya berdiri sekarang. Yah, memang terasa berbeda, seperti ada atmosfer lain.

“Aku masih tidak percaya, bagaimana bisa hal ini terjadi. Sungjong tidak mungkin menjadi hantu,” ucap Myungsoo mencoba mengelak nalurinya.

“Apakah ketika aku menyentuhnya, ia dapat merasakannya?” tanya Sungjong polos.

Peramal itu melirik kearah Sungjong lalu mengangguk.

“Pejamkanlah matamu anak muda, konsentrasi dengan baik maka kau akan merasakan kehadirannya,” ucap yeoja itu.

Myungsoo mencoba berfikir sebelum ia memejaman kedua maniknya, ia menghirup nafas dengan baik-baik.

“Sekarang coba bayangkan wajahnya,” ucap peramal itu lagi.

Sungjong melangkah ragu, dengan sangat hati-hati ia menyentuh pergelangan tangan Myungsoo. Memberikan energi dingin dari arwahnya. Di sentuhnya wajah Myungsoo tiap inci, dengan lembut ia melakukannya. Sementara Myungsoo kini mulai membuka kedua matanya perlahan.

Sesosok bayangan tipis akan bentuk tubuh yang menyerupai Sungjong tengah berdiri tepat dihadapannya. Jari-jari lentik nan bercahaya itu memberikan rasa nyaman baginya. Ia terlihat tengah menitikan air mata namun sematan senyumnya dapat membuat Myungsoo tersenyum.

“Sentuhlah dia dengan perasaan, maka kau dapat merasakannya,” ucap peramal itu pada Myungsoo.

Myungsoo pun menggerakan tangannya perlahan kearah wajah Sungjong. Sangat pelan, hingga tangannya itu terasa bergetar. Tangis yang berurai dari kedua matanya membuat dirinya begitu sesak dan terisak pilu. Lembut, kulit lembut itu akhirnya dapat Myungsoo rasakan kembali. Permukaannya sangat dingin, jelas berbeda dengan suhu tubuhnya.

“Kau kah itu Jongie? Aku merindukanmu…” isak Myungsoo.

“Ne… hyung, aku juga. Hyung, dapatkah kita berbicara didalam?” tanya Sungjong begitu lembut terdengar.

Myungsoo mengangguk lalu berjalan dengan cepat kedalam, membukakan pintu itu untuk keduanya. Ia sama sekali tak ingin melepaskan genggamannya yang begitu longgar itu. Ia bahkan berulang kali menatap wajah Sungjong untuk memastikan dirinya masih berada ditempat itu.

“Ada beberapa masalah yang membuat arwahku masih berada di bumi. Pertama, karena kau tak juga merelakan kepergianku dan kedua karena kau memiliki sebuah janji yang begitu kuat kepadaku,” ucap Sungjong.

Myungsoo mengangguk lalu menundukan kepalanya, “mianhae”.

“Aku tidak punya waktu banyak untuk itu, kuharap kau dapat menepatinya dan… merelakan kepergianku…” lirih Sungjong.

Yeoja itu menelan saliva mendengar lirih suara Sungjong, jelas namja itu sangat berbeda dengan yang ia kenal beberapa menit yang lalu. Ia terlihat jauh lebih dewasa dengan apa yang ia pikirkan.

“Tapi…” ucapan Myungsoo terhentikan saat kedua matanya menatap bening mata Sungjong yang berusaha meyakinkan Myungsoo.

Myungsoo mengangguk mengerti, “aku akan melakukannya. Untukmu Sungjongie”.

 

***

 

Hari ini, 1 Oktober 2012 aku melangkah sendiri ke area bandara. Yah, mungkin itulah yang terlihat oleh orang-orang karena hanya terlihat aku yang berada ditempat ini. Aku berjalan diringi senyum kearah kanan. Agak terlihat aneh sepertinya oleh orang lain, tapi aku tersenyum kepada sosok bayangan yang semakin jelas kulihat. Aku tak dapat terus menggenggam kedua tangannya sehingga aku hanya mampu menatap wajahnya yang putih bercahaya itu.

Aku menarik jaketku lagi, ingin rasanya aku menyelimuti tubuhnya yang kurus itu dengan jaketku. Namun, hal itu akan sia-sia saja karena benda ini tak akan berfungsi menutupi tubuhnya dan akan kembali terjatuh dilantai. Benda ini tidak memiliki hati yang mampu merasakan keberadaanya sehingga ia tidak bisa menyentuh namja manis yang berada disampingku.

“Berhenti menatapku seperti itu, karena kau akan disangka orang gila hyung…” ucap Sungjong kembali mengingatkanku.

Aku melangkah kian pasti kedalam pesawat korean air bertujuan ke Tokyo. Hari ini aku akan menepati janjiku kepadanya. Aku memesan dua bangku kosong untuk keberangkatan hari ini. Sungguh, ini adalah hal gila karena orang akan melihat aku duduk sendirian tanpa seorang pun disisiku.

Aku menuntunnya saat hendak memijakan kaki kedalam tangga pesawat. Beberapa mata yeoja memandangku geli dengan tingkahku. Namun, rasa cintaku pada Sungjong jauh lebih mengungguli rasa canggungku. Aku bahkan menuntun tangannya untuk mencari tempat duduk. Pramugari sedikit mengerutkan keningnya bingung saat aku memasangkan sabuk pengaman di pinggang Sungjong.

“Aku meminta dua anggur,” ucapku kepada pramugari itu.

“Ya~ kau lupa? Aku tidak membutuhkan itu,” ucap Sungjong geli.

“Biarkan… biar aku yang minum nanti,” tawaku.

Sungjong duduk tepat disebelah jendela sehingga ia dapat menatap putihnya awan-awan yang menghias sekeliling kami saat ini. Namun, jauh dari dugaanku ia malah menitikan air matanya. Ku raih wajahnya, kutatap kedua matanya yang melihat kebawah.

“Uljjima, bukannya kau selama ini ingin melihat awan?” ucapku sambil menyeka air matanya.

Ia mengangguk pelan, “hyung… mungkin nanti setelah aku terbebas dari janjimu aku akan berada jauh diatas angkasa. Mungkin aku hanya sendiri disana. Nampaknya awan-awan ini akan membatasi pandanganku terhadapmu nanti. Hyung… aku..”

Tangisnya pun pecah dalam pelukanku. Jika harus bersedih, maka akulah yang harus bersedih akan hal itu Sungjong-ahh. Aku tak akan mampu melihatmu sedikit pun nantinya. Merasakan kehadiranmu saat ini adalah hal terindah bagiku. Setidaknya aku mampu menunaikan segala permintaanmu.

“Kurasa aku tak pantas menangisinya. Aku akan membuatmu tak merelakan kepergianku nanti,” tawanya mencoba mengatasi kepedihannya.

 

saranghanda mianhada
geurae deoneun andwigesseo
nan dagagal ja gyeok jocha eobseo
nal saranghaji ma

(Infinite – Only Tears)

 

***

 

 

Sesak ramai penuh dengan orang asing, itulah yang terlintas pertama kali dipikiran mereka saat mereka menginjakan kaki pertama kali di Disney Land, Tokyo, Jepang. Myungsoo menyematkan senyumnya, dan tanpa ragu menarik tangan Sungjong untuk segera bergegas masuk kedalam. Matanya bergerak memutar mengelilingi arena Disney Land yang begitu luas. Entah arena mana yang harus ia kunjungi terlebih dahulu.

“Komedi putar,” ucap Myungsoo lalu menarik Sungjong untuk bergegas kesana. Ia duduk dibelakang Sungjong disebuah kuda single. Mereka duduk bersama diatas kuda-kudaan dengan kedua tangan Myungsoo yang melingkar di perut Sungjong penuh kasih.

Tawa rasanya selalu tak pernah hilang dari keduanya. Myungsoo bahkan tak malu mencium pipi Sungjong. Entah apa yang akan dilihat orang lain saat itu, ia tak lagi mempermasalahkan hal tersebut. ia hanya ingin merasakan kebahagiaan ini.

“Kau ingin naik apalagi?” tanya Myungsoo sambil merebahkan kepala Sungjong dibahunya.

“Eumm.. roller coaster?” ucap Sungjong sambil menunjuk arena yang mengerikan itu.

“Baiklah, siapa takut…”.

Myungsoo mengeratkan sabuk Sungjong, Sungjong tertawa melihat nampyeonnya itu.

“Hey, aku boleh duduk disini?” tanya seseorang dengan bahasa inggrisnya.

“Apa kau tidak lihat? Disini ada orang, maaf kau tidak bisa,” ucap Myungsoo.

Sungjong menatap mata Myungsoo baik-baik mencoba memberikan pengertian bahwa dirinya saat ini benar-benar tidak dapat dilihat orang lain.

“aaa… baiklah, aku lupa,” Myungsoo.

***

Tawa, teriakan dan kasih sayang, hari ini aku adalah mahluk yang paling beruntung Tuhan. Terima kasih karena kau telah memberikan kesempatan ini padaku. Tangannya melekat manis dipinggangku, aku tak dapat mengelaknya meskipun aku tahu ini akan terlihat aneh oleh orang lain.

Aku merasa nyaman saat ia memeluk tubuhku saat aku berteriak ketakutan menaiki roller coaster dan permainan yang memutar-mutar semacam baling-baling. Aku bahkan tak mampu menangis saat ia tertawa terbahak-bahak atas tingkahku. Entah sampai kapan ini akan berakhir.

Kedua mataku kini menatap penjual lemon candy di toko kecil didalam Disney Land. Kurasa ia melihatnya juga, oleh karena itulah ia menarik tanganku untuk menghindarinya. Namun, aku terus berusaha menarik tangannya untuk kembali ketempat itu. Akhirnya egonya pun dapat terkalahkan. Ia kembali melangkah mundur ketempat yang kuinginkan itu.

“Apa kau menginginkan ini berakhir?” ucap Myungsoo jenuh.

Aku menggeleng pelan, namun entah mengapa hatiku jelas berkata lain. Sesuatu seperti mendorongku untuk berbuat lain. “Aku tidak ingin ini berakhir, tapi kenyataannya ini harus berakhir. Hyung, ingatlah pada tujuan awalku..”

Ia mengangguk lesu, “berapa harga lemon candy ini? Bisakah aku membelinya sekarung besar?”

“Sekarung besar? Kau gila?” ucapnya dengan bahasa inggris yang terdengar aneh.

“Cukup belikan aku satu buah saja, itu cukup,” jawabku.

“Baiklah, aku mau satu buah saja, bisakah kau memberikannya satu buah?”

Penjual itupun memberikan Myungsoo satu buah dengan harga Cuma-Cuma. Ia memberikannya kepadaku lalu bergegas menarikku kesebuah bangku panjang yang terbuah dari kayu. Aku tersenyum manis padanya, ku buka genggaman tanganku dan ku keluarkan lemon candy itu dari tanganku.

Kubuka bungkusnya dengan sangat perlahan.

“Pasti rasanya sangat enak, hyung,” ucapku begitu semangat lalu memakan benda itu tanpa berpikir lagi.

Hey, bukankah aku tidak dapat mengkonsumsi apa pun benda bumi? Lalu mengapa aku dapat memakan permen ini? Ia memandangi wajahku dengan lekat, membuatku sedikit tidak nyaman.

“Kau mau permen ini hyung?” aku bergerak mendekatinya.

Kurapatkan tubuhku hingga tak ada lagi ruang yang membatasi gerak kami. Ku lekatkan bibirku tepat dibibirnya. Kupejamkan mataku perlahan, kurasakan rasa hangat yang membatasi jarak antara kami. Ia melumat bibirku dengan segenap rasa cintanya.

 

***

 

Kupejamkan kedua mataku saat bibirnya melekat sempurna dibibirku ini. Lembut dan rasanya masih sama seperti dulu. Ia memindahkan lemon candy itu kedalam mulutku, memberikan sensasi asam dan manis dalam mulutku. Aku membalas ciumannya dengan penuh rasa cintaku. Ku peluk tubuhnya dengan sangat lembut.

Namun, perlahan dekapan itu terasa semakin ringan. Bau harus tubuhnya perlahan sirna, hingga akupun membuka kedua mataku. Ku lihat bayangan itu yag semakin buram. Aku menghentikan bibirku, dan menatapnya lekat-lekat berharap ini tak segera berakhir. Namun, semakin aku meyakini hatiku. Bayangannya semakin tipis dan menghilang.

“Sungjongiee…”

“Hyung, aku mencintaimu… aku akan menunggumu disana. Jalanilah hidupmu dengan baik saat ini. Aku akan merindukanmu, selalu”.

Dan, bayangan itupun sirna, entah kemana. Ku kecap lagi permen didalam mulutku, saat merasakan kesendirianku dinegara orang ini. Apa pun yang terjadi, ini adalah hal terindah dan terbaik yang pernah ku alami disisa momenku bersamanya.

o nan..nege jul su itneunge eobseo, missing U
ddaddeuthan maldo mothae, I missing U
gamhi baral sudo eobseo I missing U
ireohge mileonae
sesang nuguboda neoreul saranghagie chama deo

(infinite – only tears)

 

-FIN

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada November 1, 2012 inci Fanfiction